Bike to Work Kota Depok Sosialisasi Hidup Sehat Cegah TBC

Bike to Work Kota Depok Sosialisasi Hidup Sehat Cegah TBC

MATAHARI TV | Depok – Gowes memperingati Hari Tuberkulosis (TB) Sedunia yang jatuh pada 24 Maret diikuti 100 peserta.

Gowes wisata bareng Komunitas Ride to end TB bukan hanya dari warga Kota Depok, tapi juga datang dari Jakarta dan Bogor, yang digelar  Jumat (17/03).

Ride to end TB merupakan bentuk peran aktif serta kesadaran pesepeda dalam Eliminasi TBC dan mengimplementasikan tema hari TB sedunia 2023, “Ayo Bersama Akhiri TBC, Indonesia Bisa!”.

Antusiasme peserta gowes Ride to end TB sudah terlihat sejak pukul 16.00 WIB, dilepas pukul 17.00 WIB. Mereka tumplek blek memadati kawasan toko alat sepeda Rodalink di Jalan Margonda raya Kelurahan Kemirimuka, Kecamatan Beji, Kota Depok. Acara dilepas oleh Ketua Bike To Work Kota Depok selaku penyelenggara acara sengaja memilih Margonda sebagai pusat kegiatan guna memperkenalkan keindahan Kota.

Ketua Bike To Work Kota Depok Nanda Putra Ashar mengatakan, dalam momentum ini dirinya mengaku bersyukur kegiatan Ride to end TB, yang digelar meriah dan sekaligus menjadi ajang promosi dan sekaligus melakukan sosialisasi untuk mencegah kasus TBC atau tuberkolosis.

“Alhamdulillah kegiatan sukses, ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai konsekuensi kesehatan. Terlebih lagi kasus TBC di Kota Depok cukup tinggi,” kata Nanda Putra Ashar, Jumat (17/03/2023) malam.

Nanda menuturkan, rute yang dipilih panitia dalam even ini antara lain Jalan Margonda raya, Jalan Akses UI, Jalan Raya Pasar Minggu, tepatnya di Lentung Agun putar balik menuju arah jalan Raya Margonda dan finis di toko alat sepeda Rodalink.

“Melihat antusiasme yang tinggi kami berharap acara ini bisa menjadi kalender even rutin di Kota Depok,” tandas Nanda.

Dijelaskan, dalam event ini pihaknya mencatat tidak kurang diikuti 100 peserta. Nah, agar event semakin meriah panitia memberikan bermacam-macam hadiah door prize.

“Kegiatan ini akan menciptakan aktivitas sosial dan ekonomi yang lebih maju, akibat tinggi TB, dan untuk meningkatkan upaya dalam mengakhiri epidemi TB global,” imbuhnya.

Menurut Nanda, Bike to Work sendiri adalah sebuah gerakkan untuk meningkatkan pengunaan sepeda sebagai alat transportasi dalam mendukung aktivitas sehari-hari seperti bersepeda ke sekolah/kampus, bersepeda ke kantor dan aktivitas lainnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada Pemkot Depok melalui Dinkes Kota Depok, B2W Indonesia, B2W Kota Depok dan Bank BJB Cabang Kota Depok yang berpartisipasi dalam kegiatan yang sukses ini, ungkap Nanda.

Sementara itu Koordinator pengelola program
Tuberkulosis (TBC) Dinkes Kota Depok, Ina Susilawati menuturkan, Pemerintah Kota Depok melalui Dinas Kesehatan memberikan dukungan penuh pada aktivitas positif yang digelar oleh Bike To Work Kota Depok dalam acara Ride to end TB.

“Untuk pencegahan TBC, lebih bagus bila melibatkan lebih banyak pihak. Karena dengan demikian, kita harapkan masyarakat semakin memahami bahaya TBC. Karena selama ini masih banyak masyarakat yang tidak mau memeriksakan diri saat ada gejala TBC,” kata Ina Susilawati.

Ina memaparkan, kasus TBC di Kota Depok di tahun 2022, dengan jumlah kasus tuberkulosis ada 6.499, Dinkes Kota Depok akan mendorong pembentukan Kampung Peduli Tuberkulosis (Kapitu) di 28 kelurahan pada tahun 2023. Saat ini tercatat sudah ada 35 Kapitu yang terbentuk.

“Pembentukan Kapitu, di harapkan setiap Kelurahan dapat membentuknya, Dinkes nantinya akan memberikan pendampingan,” ujarnya.

Mengingat masih tingginya kasus TBC yang belum ditemukan perlu lebih gencar melakukan sosialisasi seperti sekarang ini, katanya.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok, telah membuat inovasi KAPITU sejak tahun 2021. “KAPITU tersebut merupakan wadah dalam penanggulangan Tuberkulosis di suatu kampung atau Kelurahan, jelasnya.

Lanjutnya, KAPITU tersebut dilembagakan melalui pembentukan Satgas KAPITU. Yang terdiri dari tenaga kesehatan, Pokja Sehat Kelurahan, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan akan lebih baik lagi jika ada pelibatan dari pihak swasta, termasuk komunitas.

“Diharapkan melalui KAPITU dapat menanggulangi permasalahan TBC di Kota Depok. Tentu dengan peran serta lintas sektor di tingkat wilayah,” harapnya.

Pengentasan TBC di Kota Depok, membutuhkan peran dari seluruh pihak. Baik itu komunitas, masyarakat serta multisektor lainnya dalam penanggulangan TBC.

“Kerena Puskesmas sehari-harinya tidak dapat mengawasi sepenuhnya, sebab obat TBC ini adalah long term, enam bulan harus diminum setiap hari. Ketika kita memberikan obat itu apakah betul dikonsumsi atau tidak oleh si pasien, disinilah kita butuh Pengawas Penelan Obat (PPO) untuk memastikan,” ujarnya.

Masyarakat dan organisasi masyarakat juga dapat memberdayakan pasien, mantan pasien, keluarga, dan masyarakat dalam meningkatkan kepatuhan berobat dan kualitas layanan.

“Semoga dengan strategi tersebut dapat meningkatkan temuan kasus, pelaporan, dan cakupan pengobatan, sehingga dapat menurunkan penularan Tuberkulosis melalui pembentukan Satgas KAPITU,” jelasnya.

“Penyakit TBC itu bisa dicegah, bisa diobati dan bisa disembuhkan. Kita harapkan kasus TBC di Kota Depok benar-benar rendah bahkan kalau bisa zero kasus,” ungkapnya.|Eka

TAGS
Share This