Yehu Wangsajaya, Sosok Jenderal yang Sederhana dan Berprestasi

Yehu Wangsajaya, Sosok Jenderal yang Sederhana dan Berprestasi

MATAHARITV | Jakarta — Lelaki sosok sederhana ini bernama lengkap Brigjen Pol Yehu Wangsajaya. Ia merupakan pria kelahiran di Cianjur, Jawa Barat dan kini berusia 55 tahun.

Meski berpangkat Jenderal, ia hidup tanpa rumah mewah bahkan tak segan menggunakan transportasi umum seperti MRT hingga Transjakarta dalam kesehariannya.

Kebiasaannya menggunakan transportasi umum ini merupakan kebiasaan yang telah dilakukannya sejak menempuh pendidikan di Jepang dan Amerika. Menurutnya, angkutan umum lebih mudah, cepat, dan tidak macet.

Atas kesederhanaan dan ketulusannya itulah hingga membuat Brigjenpol Yehu viral di berbagai platform media sosial, dari Twitter hingga TikTok.

Pasalnya, ketika publik ramai disuguhkan gaya hedonisme para petinggi polri, sosok jenderal bintang satu ini menampilkan suatu yang kontradiktif karena dirinya yang jauh akan kemewahan.

Yehu Wangsajaya merupakan perwira tinggi dari lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) pada tahun 1989. Ia juga menjadi salah satu perwira tinggi Polri  yang banyak berkontribusi dalam perkembangan teknologi Polri.

Dirinya bahkan pernah bergabung dalam tim dan berkontribusi membangun dan mengaplikasikan Komputerisasi sebagai Ujian Teori SIM untuk pertama kalinya di Indonesia.

Ia juga pernah menerapkan Aplikasi Riwayat Hidup Personil Polri (RHPP) Mabes Polri untuk pertama kalinya di Indonesia.

Selain itu, Brigjen Pol Yehu Wangsajaya pernah diundang ke Korea Selatan karena telah berhasil menciptakan Panic Button. Ia juga pernah menciptakan quick respon yang telah terdaftar di MURI. Quick respon ini merupakan layanan yang bisa memanggil polisi dengan cepat di kondisi darurat.

Tak heran ia mendapatkan jabatan sebagai Kepala Sekretariat Kompolnas dan sekarang berperan sebagai Analisa Kebijakan Utama Manajemen Operasional ITWASUM Polri.

Tak hanya itu, ia juga berhasil mendapatkan apresiasi sebagai Anggota Kehormatan pada Ikatan Ahli Informatika Indonesia dari Universitas Budi Luhur.

Namun meski sejumlah prestasi sudah ditorehkannya, dirinya masih merasa gagal di Polri, hal itu dikarenakan masih adanya oknum Polisi yang nakal.

“Sampai detik ini saya masih merasa gagal karena masih ada polisi yang pungli,” tandasnya.[lian]

TAGS
Share This