Lewat Fashion Show dan Talkshow, Perhimpunan Kebayaku Melestarikan Kebaya Peranakan Indonesia – Tionghoa

Lewat Fashion Show dan Talkshow, Perhimpunan Kebayaku Melestarikan Kebaya Peranakan Indonesia – Tionghoa

Jakarta, Matahari.tv – Dalam rangka memperingati hari jadinya yang ke-14 tahun, Perhimpunan Kebayaku menggelar peragaan busana Kebaya, talkshow, sekaligus pemberian penghargaan kepada para tokoh yang selama ini konsisten mengusung dan melestarikan kebaya.

“Seharusnya peringatan ulang tahun Perhimpunan Kebayaku ini pada bulan April lalu, namun saat itu bertepatan dengan bulan suci ramadhan, akhirnya hari ini baru terlaksana peringatan HUT Perhimpunan Kebayaku yang ke-14. Peringatan tersebut kami tandai lewat pagelaran peragaan busana fashion show atau. Serta talkshow seputar kebaya sekaligus juga pemberian penghargaan kepada UMKM (usaha kecil mikro menengah) Kebaya bordir, serta beberapa tokoh yang konsisten berkarya lewat kebaya, dan ikut berperan dalam melestarikan kebaya,”ungkap Ketua Perhimpunan Kebayaku, Nunun Daradjatun, Jakarta, Rabu (20/9).

Dijelaskan Nunun, selain dirinya, founder dari Perhimpunan Kebayaku ini ada empat wanita hebat lainnya yang peduli dengan keberadaan dan perkembangan Kebaya di Indonesia, yakni Sendy Dede Yusuf, Tata Rusdi, Rosa Pati Djalal, Siti Garsiah Tampi.

Adapun Visi dan Misi Perhimpunan Kebayaku, yakni melaksanakan dan mengembankan Kebaya agar semakin menancapkan jati dirinya sebagai Busana Nasional Indonesia sehingga bisa menjadi tuan rumah di negara kita sendiri.

Sendy Dede Yusuf saat itu menjadi moderator Talkshow, bersama nara sumber Fashion Guru Kebaya Peranakan Indonesia-Tionghoa, Musa Widyatmodjo, ikut memberikan edukasi kepada perempuan Indonesia yang hadir saat itu, seputar Kebaya Peranakan Indonesia-Tionghoa yang menjadi tema peringatan HUT Perhimpunan Kebayaku kali ini.

“Tadi Fashion Guru kota, Musa Widyatmodjo menjelaskan Seputar sejarah dan ciri dari Kebaya Peranakan Indonesia-Tionghoa tersebut. Salah satu ciri Kebaya adalah kancing di depan, bukan di belakang atau berbentuk resleting,” papar Sendy.

Ditambahkan Nunun, Kebaya sebagai identitas perempuan Indonesia itu melalui perjalanan yang cukup panjang silang budaya dari Arab, China dan Portugis. Tak heran jika muncul istilah Kebaya Peranakan Indonesia-Tionghoa.

Dalam fashion show yang menampilkan kebaya rancangan desainer Sellia dan Musa Widyatmodjo itu dibawakan dengan cantik oleh beberapa peragawati profesional, serta para wanita pekerja seni atau selebritis, seperti aktris Senior Marini Soerjosoemarno, Widyawati, Rieta Amalia Serta Dani Dahlan.

Dalam kesempatan itu, Perhimpunan Kebayaku juga memberikan penghargaan kepada UMKM dan sejumlah tokoh yang ikut berperan dalam melestarikan kebaya, yakni Sellia Rumah Kebaya sebagai Tokoh UMKM Kerajinan Bordir Kebaya Peranakan Indonesia Tionghoa, Haryati Bordir sebagai Tokoh UMKM Kerajinan Bordir Kebaya Peranakan Indonesia Tionghoa, Musa Widyatmodjo sebagai Fashion Guru Narasumber Kebaya Peranakan Indonesia Tionghoa.

Serta Ira Avisha sebagai Founder & Owner Quickglam Clinic, Norma Damanik Hasibuan sebagai Tokoh Inspirasional Berkebaya Indonesia, Drg. Devya Linda sebagai Tokoh Pemerhati Budaya Kebaya Indonesia, Inna Auwines sebagai Pencinta Kebaya, Hj. Lury Elza Alex Noerdin, sebagai Pencinta Kebaya, Sahlah Sapari sebagai Pencinta Kebaya dan Novita Ikasari sebagai Pencinta Kebaya.

“Kami berharap kebaya di Indonesia akan terus lestari dan berkembang, serta disukai oleh seluruh generasi, termasuk generasi muda,”pungkas Nunun yang juga diamini oleh Sendy dan seluruh founder Perhimpunan Kebayaku. | Rls

TAGS
Share This