Wujudkan Natuna sebagai Jantung Ekonomi Biru, BNPP Rancang Strategi Komprehensif Pemanfaatan ZEE

JAKARTA, matahari.tv – Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) RI menggelar diskusi bertajuk “Hilirisasi Perikanan Natuna ZEE dan ZTE” pada Selasa (9/7/2025) di Kantor BNPP Jakarta.
Diskusi ini membahas transformasi Natuna dari wilayah perbatasan menjadi pusat ekonomi biru yang menghubungkan Indonesia dengan pasar China dan Asia Timur.
Rapat dipimpin Dr. Nurdin, M.Si selaku Deputi 1 Bidang Pengelolaan Batas Wilayah Negara BNPP RI ini membahas strategi komprehensif pemanfaatan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Natuna yang selama ini belum optimal dimanfaatkan karena keterbatasan teknologi dan infrastruktur.
Kawasan ZEE Natuna yang strategis di jalur ALKI I & II memiliki potensi perikanan tangkap yang besar di WPP-RI, namun mayoritas dimanfaatkan oleh kapal asing.
Program ambisius ini mencakup pengadaan kapal modern berukuran besar dengan fasilitas processing on board, pembangunan cold storage dan pabrik pengolahan ekspor, serta pengembangan Pelabuhan Selat Lampa sebagai hub ekspor langsung ke China.
Skema kerjasama ini melibatkan flag of convenience dengan mitra China untuk efisiensi operasional dan akses pasar.
“Program Ekonomi biru perbatasan menjadi tonggak penting transformasi wilayah perbatasan Indonesia model yang dapat direplikasi dari Sabang hingga Merauke. Melalui prinsip collaborative governance, kami melibatkan seluruh pemangku kepentingan untuk mewujudkan pembangunan inklusif dan berkelanjutan,” ungkap Dr. Nurdin, M.Si, Deputi 1 BNPP RI.
Prof. Dr. Martani Huseini, Founder OVOI Indonesia dan Guru Besar FIA UI, menekankan pentingnya inovasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat perbatasan.
“Kesejahteraan masyarakat harus dicapai melalui inovasi desa yang menjadikan wilayah perbatasan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, bukan hanya garda depan kedaulatan,” tegas Prof. Martani.
Menurut Dr. Nurdin, BNPP saat ini mengelola banyak PLBN di seluruh Indonesia, termasuk PLBN kategori laut yaitu PLBN Serasan di Natuna.
PLBN bukan hanya berfungsi sebagai pos pemeriksaan, tetapi sebagai gerbang ekonomi yang menghubungkan Indonesia dengan negara tetangga secara langsung.
Dr. Rahtika Diana, M.Si, Founder Beyond Borders Indonesia dan Co-Founder OVOI Indonesia, menyoroti potensi besar ekonomi biru di wilayah perbatasan.
“Natuna memiliki keunggulan strategis sebagai gateway ekonomi biru Indonesia-China. Dengan komoditas unggulan perikanan wilayah ini berpotensi menjadi motor penggerak ekonomi maritim nasional,” papar Dr. Diana.
Turut hadir dalam diskusi tersebut, Prof. Dr. Maman Hermawan M.Sc (Guru Besar Politeknik Ahli Usaha Perikanan Jakarta), Laksda TNI (Purn.) Ignatius Dadiek Surarto, Dr. Joni Haryadi, M.Sc (Kepala Balai Riset Budidaya Ikan Hias KKP), Hendra Sugandhi (Direktur Pengembangan Kemitraan dan Akses Pasar MPHPI, dan Dr. Titi Widaningsih (Akademisi).
Program “Natuna: Gateway Blue Economy Indonesia-China” diharapkan menjadi model “Borderland-Based Blue Diplomacy” yang dapat direplikasi di wilayah perbatasan lain seperti Morotai dan Saumlaki.
Dengan dukungan infrastruktur PLBN Serasan dan Pelabuhan Selat Lampa, Natuna berpotensi menjadi zona ekonomi perbatasan berbasis laut pertama di Indonesia.