Relawan Ndaru Dorong Soeharto dan Gus Dur Diberi Gelar Pahlawan Nasional
Jakarta, Matahari.tv — Relawan Nderek Guru (Ndaru) merupakan salah satu relawan terbesar Prabowo – Gibran pada Pilpres 2024. Ndaru mendorong Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto – Wapres Gibran Rakabumi Raka untuk memberikan gelar pahlawan nasional kepada Presiden RI ke-2 Soeharto dan Presiden RI ke-4 K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Selain itu juga memperjuangkan undang-undang perlindungan guru. Seperti yang diketahui UU tersebut itu tidak akan menimbulkan dampak keuangan bagi negara, tapi lebih kepada memberikan penghormatan bahwa, di sekolah tidak boleh ada kekerasan guru dan siswa, untuk masa depan bangsa.
Mengenai pemberian gelar Pahlawan Nasional ini, sangat pantas untuk diberikan kepada 2 tokoh bangsa, bukan hanya sekedar pengakuan atas jasa-jasanya untuk bangsa Indonesia, namun agar menjadi tauladan dan tuntunan bagi generasi penerus bangsa.
Ditemui di Pekalongan saat persiapan menghadiri acara Kirab Kebangsaan, dalam rangka Momentum Peringatan Hari Pahlawan Nasional 10 November serta Tasyakuran Hari Ulang Tahun atau Milad Ketua Dewan Kehormatan Relawan Ndaru, Maulana Abah habib Lutfi Bin Yahya, tahun ini harus menjadi tonggak sejarah bersatunya seluruh tokoh tokoh bangsa. Selain itu juga bersama-sama mengakui kontribusi yang telah dilakukannya untuk bangsa dan negara,” ujar Aditya Yusma, di Pekalongan, Sabtu (9/10/2024).
“Presiden RI ke 2 Bapak Soeharto dan Presiden RI ke 4 Gus Dur adalah tokoh dan guru bangsa. Gagasan, pemikiran dan jasa serta kontribusi beliau terhadap Bangsa Indonesia yang memiliki beragam bahasa, suku, budaya adat istiadat, lintas agama sudah sangat layak untuk diberikan gelar Pahlawan Nasional. Guru Bangsa kita harus mampu mentauladani pesan-pesan moral kebangsaan dari beliau, dengan cara kepemimpinan beliau yang transformasional. Ini terbukti dengan kontribusi nyata untuk tumbuh dan berkembangnya Indonesia yang multi etnis dan budaya,” papar Aditya Yusma.
Pegiat Seni Budaya dan produser film ini juga memaparkan, mengapa ia mengadakan polling untuk pemberian gelar pahlawan nasional kepada Soeharto dan Gus Dur, agar publik dapat melihat bahwa masyarakat Indonesia yang mengikuti poling tersebut, baik dari internal Ndaru maupun dari luar, mereka merasakan dan mengetahui peran penting Soeharto selama 32 tahun menjabat sebagai presiden, dalam segi pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, pendidikan, menjaga keutuhan wilayah dari berbagai ancaman perpecahan.
Sementara untuk Ulama Besar dan sekaligus Presiden RI ke-4 Gus Dur, yang dikenal sebagai tokoh pluralisme dunia, menjunjung tinggi demokrasi namun sangat menghargai persamaan dalam keberagaman, ujarnya.
“Tatanan demokrasi dalam keberagaman di Indonesia telah ia bangun, dengan toleransi berkeadilan sosial, sehingga Gus Dur bukan hanya dikenal sebagai tokoh Pluralisme Indonesia namun juga dunia,” ungkap Aditya Yusma.
Staf Ahli/ TA BNPT RI ini juga menyampaikan, Perjuangan Soeharto dan Gus Dur untuk mencegah tumbuhnya paham-paham radikalisme, intoleransi dan terorisme sangat besar, sehingga menjadikannya sosok yang patut dihormati dan diapresiasi.
“Pemberian gelar pahlawan nasional kepada Soeharto dan Gus Dur adalah wujud pengakuan terhadap nilai-nilai kebangsaan, pembangunan keberlanjutan, ekonomi kerakyatan serta harapan dan cita-cita seluruh rakyat Indonesia yang ia perjuangkan,” pungkas Aditya Yusma.
Hari Guru Nasional
Menyambut hari Guru Nasional pada November 2024, atas nama para Guru pendidik pengajar se-Indonesia, Aditya menambahkan, selama ini dia melihat bahwa para Guru merasa sangat terpojok, tidak bisa berbuat apa apa.
“Sedikit-sedikit salah, jadi ini saatnya untuk menyuarakan, menyentuh kehidupan guru didorong dibantu, khususnya perjuangan para guru bersama PB PGRI mengenai undang-undang perlindungan guru. Sepertinya UU tersebut tidak akan menimbulkan dampak keuangan bagi negara, tapi lebih kepada memberikan penghormatan bahwa disekolah, tidak boleh ada kekerasan guru dan siswa, untuk masa depan bangsa,” ungkapnya,
Menurut Aditya Yusma, jika guru tidak mau mendidik itu susah, karena jika hanya mengajar siapapun bisa, bahkan dengan AI dan teknologi lainnya saat ini, karena tugas utama guru itu lebih kepada mendidik, ungkap Ketum Ndaru dengan penuh harapan.
Lanjutnya, menyambut hari Guru Nasional 2024, Gerakan memuliakan Guru dan membantu para siswa siswi yang kurang mampu, harus di dukung penuh sesuai perintah Presiden Prabowo dalam Deklarasi Gerakan Solidaritas Nasional (GSN).
“Satu anak sekolah membutuhkan pakaian sekolah, kalau kita hitung nilainya kurang lebih Rp 1,2 juta satu tahun. Itu sudah pakaian seragam sekolah, sepatu, kaos kaki, pakaian olahraga. Jadi kalau di antara kita bisa menyisihkan Rp 1,2 juta satu tahun saja berarti 100 ribu rupiah per bulan, itu sudah bisa menyekolahkan satu anak,” tegas Presiden Prabowo.
Karena bagaimanapun, Pendidikan adalah soko Guru Bangsa yang utama. Sehingga Ndaru berharap, dalam Hari Guru Nasional 2024 ini, Presiden Prabowo memperhatikan guru-guru se-Indonesia, dan berkenan hadir dalam kegiatan memperingati hari Guru Nasional 2024, yang InsyaAllah akan diadakan pada Desember 2024 bersama Ndaru, paparnya.
Pendidikan harus dimulai sejak dini, bahkan dari ayunan, bukan hanya Guru di sekolah saja, tapi juga guru Kehidupan, ‘Laulal Murobbi ma aroftu Robbi’, jika tanpa guru kita tidak akan mengenal Tuhan, tambah Aditya Yusma.