Jaga Keragaman di Ruang Digital dengan Menghayati Bhineka Tunggal Ika
MATAHARI TV | Jakarta – Budaya digital merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
Budaya adalah bagian dari budi dan akal manusia. Budaya adalah pola atau cara hidup yang terus berkembang oleh sekelompok orang dan diturunkan pada generasi berikutnya.
“Pada intinya bagaimana masyarakat secara bersama-sama berpartisipasi merubah/ memanfaatkan budaya lama menjadi budaya baru yang lebih efisien,” kata Akademisi dan Praktisi Komunikasi Wulan Furie, pada Webinar Ngobrol Bareng Legislator. Jakarta (15/07/2022).
Webinar dengan tema Menjaga Keberagaman di Ruang Digital itu menghadirkan Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) H.M Idham Samawi, Dirjen Aptika Kemkominfo Semual Abrijani Pengerapan BSc, Ketua Komisi A DPRD D.I Yogyakarta Eko Suwanto, S.T., M.Si.
Dia menjelaskan pluralitas budaya sebagaimana terdapat di Indonesia menempatkan pendidikan multikultural menjadi sangat urgen. Dengan banyaknya perbedaan suku bangsa di Indonesia hal tersebut berdampak pada kondisi Indonesia yang rawan terjadinya konflik.
Menurut dia, cara menjaga perbedaan di ruang digital adalah dengan menghayati makna falsafah Bhineka Tunggal Ika dan meneguhkan komitmen kebangsaan, dengan memahami cara kerja dunia digital berikut tantangannya. Kendalikan ruang digital untuk hal yang positif.
Kemudian perlakukanlah masyarakat digital dengan rasa hormat yang tinggi karena mereka merupakan tetangga kita yang kita hidup bersama-sama dengan mereka di ruang digital dan jangan menggungah apapun yang belum jelas sumbernya.
Juga gunakan norma saat berinteraksi dengan siapapun di sosial media Pastikan unggahan tidak menyerang SARA Gunakan bahasa yang sopan santun.
“Berfikir dulu sebelum komentar serta hormati orang lain. Jadilah pembawa damai dalam diskusi yang sehat dan kritis serta kreatif agar tetap positif serta saring sebelum sharing,” katanya.
Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) H.M Idham Samawi mengingatkan bahwa Indonesia dibangun oleh lebih dari 800 suku dan lebih dari 1.000 budaya serta lebih dari 1.000 bahasa daerah bahkan ada enam agama. Artinya, Indonesia dibangun dari banyak sekali keragaman.
Dia menjelaskan dasar negara yakni Pancasila yang menyatukan perbedaan. Pancasila digali oleh para pendiri bangsa dari bumi nusantara yang terdiri dari ratusan suku, bahasa dan budaya sehingga Pancasila jika disandingkan dengan agama, suku, bahasa dan budaya manapun di Indonesia tidak akan benturan.
Ketua Komisi A DPRD D.I Yogyakarta Eko Suwanto, S.T., M.Si mengatakan transformasi digital dimasa Pandemi Covid bergerak begitu cepat, kita merasakan berbagai kesulitan seperti kegiatan belajar mengajar yang tadinya luring menjadi daring, akibatnya banyak dari kita yang memulai harinya dengan langsung bertemu dengan dunia baru yaitu dunia digital atau dunia maya.
Dia menjelaskan transformasi digital juga melahirkan perubahan perilaku sosial, yang sebelumnya sangat akrab dengan tatap muka kemudian dimeja makan tidak ada saling interaksi, melainkan hanya asik dengan masing-masing gadgetnya, ini salah satu akibat dari Transformasi digital yang lebih cepat dari yang kami rencanakan.
Dia mengingatkan isu-isu yang terjadi di dunia yakni bagaimana menghadapi ancaman yang serius terhadap Pancasila, NKRI, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika di dunia maya.
Kemudian hiruk pikuknya dunia maya, lupa tentang budi pekerti. Kadang-kadang jari-jari kita ini lebih cepat merespon daripada nalar dan hati kita. “Bagaimana mewujudkan keindahan keberagaman dan mempraktekan Bhinneka Tunggal Ika di ruang digital,” katanya. |Eka