Halal bihalal Kampus Untara, Mempererat Tali Silaturahmi dan Saling Memaafkan
TANGERANG – Yayasan Cakra Inti Indonesia dan Universitas Tangerang Raya menyelenggarakan Halal Bihalal secara daring melalui webinar zoom meeting yang berlangsung, Sabtu (14/05/2022).
Acara tersebut diselenggarakan bersama mahasiswa program sarjana dan pascasarjana yang dihadiri pimpinan, pejabat serta civitas akademika dilingkungan Universitas Tangerang Raya.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Prof. Dr. Ir. H. M. Budi Djatmiko, M.Si., MEI., mengapresiasi kegiatan Halal bihalal yang diselenggarakan civitas akademi Universitas Tangerang Raya.
“Halal bihalal merupakan tradisi yang biasa dilakukan umat Islam di Indonesia terutama saat hari raya Idul Fitri, untuk menyambung serta mempererat tali silaturahmi dan saling memaafkan,” kata Budi Djatmiko.
Ia juga menyebutkan, makna tali silahturahmi sangatlah luas, tidak hanya hubungan antar saudara yang memiliki hubungan pertalian darah saja, tetapi setiap muslim di dunia ini juga merupakan saudara, seperti apa yang dijelaskan di dalam Al-quran surah Al-Hujurat ayat 10, yang artinya sesungguhnya orang – orang mukmin itu adalah saudara, ungkapnya.
Budi Djatmiko juga mengingatkan, kita harus menjaga tali persaudaraan antar sesama umat muslim ini. Silaturahim salah satu sunnah yang diajarkan Nabi Muhammad SAW, karena di dalamnya banyak sekali terkandung berbagai macam hikmah dan keutamaan silaturahim itu sendiri.
Selanjutnya Ketua Yayasan Cakra Inti Indonesia Mubarok, menyampaikan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang unggul, melalui peran Pendidikan tinggi dengan tujuan memberikan akses dan pelayanan pendidikan serta memberikan kesempatan belajar di perguruan tinggi, bagi peserta didik yang memiliki kualitas potensi akademik, baik untuk meningkatkan kualitas pendidikanya serta memberikan kontribusi dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara.
“Saat ini, Cakra Inti Indonesia memiliki peran dalam hal penempatan mahasiswa berprestasi untuk mengikuti jenjang Pendidikan tinggi yang berasal dari Institusi Mabes TNI, Mabes Polri, Pemerintah Daerah, Dinas Pendidikan, Dinas Pehubungan dan Institusi terkai,” ujarnya.
Ia juga menyebutkan pihaknya telah memfasilitasi sebanyak 1207 putra/putri terbaik bangsa, mengikuti proses pendidikan tinggi dibeberapa kampus di Indonesia, menjalin kolaborasi dan kerjasama untuk mengembangkan pendidikan yang berkualitas dengan mengedepankan mutu Pendidikan, sistem pelayanan akademik yang baik dan rasa kepedulian sosial yang tinggi untuk meningkatkan kualitas prestasi dan melahirkan lulusan terbaik, mandiri, produktif dan kompeten dibidangnya.
Begitu pula yang disampaikan Rektor Universitas Tangerang Raya Ir. H. M. Mardiyana, M.M, Ph.D., saling memaafkan dan silahturrahim merupakan bagian dari Risalah Islam dan tidak terbatas saat Idul Fitri.
“Pemahaman tentang esensi memaafkan menjadi hal penting. Itu justru bisa membantu seseorang untuk mampu memaafkan, merelakan, mengikhlaskan sesuatu yang melukai atau tidak berkenan untuk dirinya akibat perilaku orang lain. Dengan kata lain, silaturahim ini menuntut upaya maaf-memaafkan. Pakar Tafsir Al-Qur’an Muhammad Quraish Shihab dalam Membumikan Al-Qur’an (1999) memberikan penjelasan terkait dengan sikap yang perlu dilakukan manusia dalam menghadapi seseorang yang melakukan kesalahan,” paparnya.
Kemudian Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Ditjen Pendis Kemenag RI , Dr. H. Suwendi, M.Ag., juga menyampaikan pembahasan mengenai moderasi beragama bagi para mahasiswa tak lain untuk menjunjung tinggi dan menghormati perbedaan. Pada hakikatnya menciptakan kesadaran kolektif semua komponen bangsa, sehingga mengharmoniskan relasi keagamaan dan kebangsaan dalam konstruk positif.
“Pemahaman keagamaan tidak ditempatkan untuk memperhadapkan dengan ideologi dan entitas keindonesiaan. Moderasi beragama justru memperkuat ideologi Pancasila dan aturan hukum turunannya sebagai perekat kebangsaan yang mampu meneguhkan spirit kebersamaan di tengah fakta pluralitas keindonesiaan, baik aspek agama, suku, ras, budaya, bahasa, teritori, maupun lainnya, yang sekaligus menjadi landasan norma sosial,” kata Suwendi.
Ia juga menyebutkan, melalui pendidikan tinggi saat ini banyak melahirkan mahasiswa ataupun lulusan yang berperan aktif. Di daerahpun banyak masyarakat telah sadar akan pentingnya pendidikan khususnya pendidikan tinggi itu sendiri. Jadi pendidikan tinggi tidak hanya sekedar lembaran ijazah, tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Nanang Qosim Yusuf (NAQOY) hadir memberikan siraman rohani. Pria yang dulunya marbot menjadi trainer terkemuka bukan hanya di Indonesia namun juga di mendunia.|Eka