Kepala NFA Arief Prasetyo: Kebutuhan Gula Konsumsi Hingga Desember Mendatang Dalam Kondisi Aman

Kepala NFA Arief Prasetyo: Kebutuhan Gula Konsumsi Hingga Desember Mendatang Dalam Kondisi Aman

MALANG, matahari.tv – Pemerintah menargetkan produksi gula konsumsi nasional tahun ini mencapai 2,59 juta ton.

Sebagai langkah nyata, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) mengajak semua pihak membangun ekosistem pergulaan nasional sebagai upaya dalam mewujudkan swasembada, sebagaimana yang tertuang pada Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.

Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan, Indonesia merupakan negara besar yang memiliki potensi terhadap peningkatan produksi gula konsumsi secara besar-besaran.

Sebagai contoh, Kabupaten Malang merupakan daerah produsen gula terbesar di Jawa Timur.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi gula pada tahun 2023 di Jawa Timur mencapai 49 persen atau sebanyak 1,12 juta ton dari total produksi gula nasional tahun 2023 yang sebanyak 2,2 juta ton.

“Karena itu saya mengimbau agar kinerja yang sudah baik ini dapat terus ditingkatkan. Apalagi saat ini kita sudah memasuki musim giling tebu tahun 2025, dengan rencana produksi gula nasional 2,59 juta ton,” ujar Arief Prasetyo Adi saat menghadiri ‘Buka Giling Perdana Pabrik Gula Krebet Baru’ di Malang, Jawa Timur, pada Kamis (24/4/2025).

Ia berharap, dengan sinergi dan kinerja bersama, rendemen gula tahun ini dapat lebih tinggi dari pada tahun lalu sebesar 7,4 persen, tambahnya.

Berdasarkan Proyeksi Neraca Pangan Gula Konsumsi per 21 Maret, mulai Mei 2025 produksi Gula Kristal Putih (GKP) dalam negeri akan meningkat.

Angkanya di Mei diestimasikan dapat 166 ribu ton, Juni 392 ribu ton, Juli 544 ribu ton, dan Agustus diproyeksikan menjadi puncak panen dengan angka 621 ribu ton.

Lebih lanjut, Arief mengatakan berdasarkan neraca komoditas yang tertera, kebutuhan gula konsumsi hingga Desember mendatang dalam kondisi aman.

Sementara dari sisi harga, kondisi gula saat ini dalam posisi stabil sehingga ketersediaannya pun mampu dijaga dengan baik.

Diketahui, Per 23 April 2024, harga gula di Indonesia rata-rata mencapai Rp 18.530 per kilogram (kg). Oleh karena itu, dalam penyusunan Harga Acuan Pembelian dan Penjualan gula, Badan Pangan Nasional selalu melibatkan stakeholders dari hulu hingga hilir agar terbentuk harga yang wajar di tingkat produsen maupun konsumen.

Berdasarkan Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 12 Tahun 2024 yang mengatur harga konsumsi di tingkat produsen sebesar Rp 14.500 per kg dan di tingkat konsumen sebesar Rp 17.500 per kg. Adapun untuk retail modern dan Indonesia timur dijual seharga Rp 18.500 per kg.

Selain itu, pemerintah juga telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40 Tahun 2023 terkait Percepatan Swasembada Gula Nasional sebagai langkah nyata memperkuat ketahanan pangan, memperkuat ketersediaan bahan baku, dan industri serta meningkatkan kesejahteraan petani tebu di tahun 2028.

“Untuk itu, kita perlu memperkuat riset untuk varietas unggul, mempermudah akses petani terhadap sarana produksi, meningkatkan produktivitas tebu dan rendemen, serta menjaga kebijakan harga yang berkelanjutan bagi para produsen. Perlu diingat bahwa swasembada pangan itu bisa terjadi kalau kita sejahterakan petani,” katanya.

Sementara itu, Direktur Utama (Dirut) Holding BUMN Pangan PT Rajawali Nusantara Indonesia atau ID Food, Ghimoyo menambahkan bahwa kegiatan buka giling gula nasional merupakan bukti bahwa Indonesia siap mewujudkan swasembada gula dalam waktu cepat dan singkat.

“Saat dunia bicara tentang bagaimana untuk memiliki ketahanan pangan Nasional, hari ini kita membuktikan bahwa Indonesia siap untuk berkontribusi dalam ketahanan pangan, di mana buka giling gula nasional ini menjadi salah satu pilar penting dalam industri gula di Indonesia khususnya di Jawa Timur,” katanya.

Menurut Ghimoyo, Indonesia sebagai negara penghasil pangan terbesar di dunia sudah memiliki pengalaman panjang dalam meningkatkan produksi gula berkualitas baik sejak tahun 1906.

“Dalam rangka mendukung program swasembada gula tahun 2027/2028, kita perlu meningkatkan produktivitas dengan memanfaatkan teknologi, inovasi dan menjalin kemitraan yang solid dengan petani untuk terus dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi gula,” katanya.

Bupati Malang, M. Sanusi mengaku siap untuk menggelontorkan anggaran penelitian pengembangan gula nasional melalui APBD daerah. Dia mengatakan bahwa komoditas gula harus menjadi perhatian bersama agar ke depan pangan Indonesia mampu berdiri di atas kaki sendiri.

“Kalau ada yg bisa bikin bibit atau penelitian nanti kita dukung melalui APBD. Nanti dengan Kadis Pertanian kita dukung bersama. Alokasi APBD untuk kita dukung tingkatkan produksi tebu mencapai Rp 10 Miliar. Jadi apapun untuk peningkatan petani, kita harus dukung bersama,” jelasnya.

Hadir dalam kegiatan ini Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan NFA I Gusti Ketut Astawa, Staf Ahli Menko Pangan Sugeng Santoso, Direktur SPHP NFA Maino Dwi Hartono, Direktur Pengawasan Standar Keamanan dan Mutu Pangan NFA Hermawan, Direktur Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) Supomo, Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen, Dirut PG Rajawali 1 Daniyanto, Ketua Umum Pusat Koperasi Primer Tebu Rakyat (PKPTR) Malang KH Hamim Kholili, Dandim, Polres, serta GM PG Krebet Baru Muhammad Anis beserta jajaran.

TAGS
Share This

COMMENTS