Lonjakan Peringkat Indonesia di Rangking FIFA. Coach Justin, Berkat Visi Jelas Jokowi, Erick, dan STY

Lonjakan Peringkat Indonesia di Rangking FIFA. Coach Justin, Berkat Visi Jelas Jokowi, Erick, dan STY

JAKARTA, Matahari.tv — Pengamat sepakbola,Justinus Lhaksana alias Coach Justin mengatakan perkembangan sepakbola Indonesia sangat pesat. Hal itu tak hanya ditandai dengan prestasi yang diukir tim nasional Indonesia pada kategori senior, U-23, serta U-20 yang baru saja memastikan lolos ke Piala Asia U-20, tapi juga kenaikan peringkat FIFA yang kini menempatkan Indonesia di ranking 129 dunia.

“Kalau kita ingat, pelatih Shin Tae-yong datang untuk menangani timnas yang saat itu berada di peringkat 174 dunia serta materi pemain yang apa adanya. Lalu datang Erick Thohir sebagai ketua umum PSSI, yang punya visi jelas untuk memasukkan Indonesia ke peringkat 100. Keduanya kolaborasi. STY menyampaikan kebutuhan pemain untuk kedalaman skuad timnas, dan Erick memenuhi permintaan STY, sekaligus profesional dengan meminta kepada STY untuk mencapai target yang disepakati. Dan hasilnya kita lihat sejauh ini, peringkat kita kenaikannya sudah melonjak 40 poin lebih,” ujar Koci, sapaan akrabnya saat dihubungi Senin (7/10) di Jakarta.

Ia juga menambahkan, kolaborasi keduanya tak bisa lepas dari peran Presiden Joko Widodo yang punya semangat dan visi sama agar sepakbola Indonesia maju. “Saya pernah bilang, bahwa hanya RI 1 yang bisa menyelamatkan sepakbola Indonesia, dan itu terbukti saat Presiden Jokowi menelpon presiden FIFA agar kita tidak kena sanksi paska kasus Kanjuruhan. Tak hanya itu, Jokowi juga punya visi dan peran besar dalam memberikan dukungan bagi sepakbola kita. Baik ketika kita menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17 lalu, dan proses-proses naturalisasi diaspora kita yang semuanya membutuhkan persetujuan dari Presiden hingga DPR,” jelasnya.

Menurut Coach Justin, sejak Indonesia menjadi satu-satunya wakil Asia Tenggara yang masih bersaing di putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, dirinya merasakan fenomena rasa percaya diri dan kekuatan mental yang selalu terlihat pada diri pemain setiap akan bertanding.

“Saya lihat sekarang, setiap pemain saat masuk ke lapangan mereka bertanding untuk menang. Itu terlihat dari gesture tubuh dan sorot mata. Ini menunjukkan bahwa secara mental, mereka sudah jauh lebih baik dalam menatap pertandingan, sehingga terlihat, mereka seakan tak peduli dengan perbedaan ranking dan hanya fokus dengan yang ada di depan, yakni lawan yang harus dikalahkan. Tak heran, jika Roberto Mancini, pelatih Arab Saudi berkomentar bahwa tidak layak Indonesia berada di rangking rendah, dengan permainan yang mampu menahan imbang timnya, 1-1,” ucapnya panjang.

Meski demikian, Justin menyoroti kapasitas striker Timnas yang masih belum mampu menyandang predikat haus gol. Walau penyerang utama yang miliki Timnas, seperti Rafael Struick, Ramadan Sananta, atau Dimas Drajat merupakan striker terbaik yang ada, tapi kemampuan dan naluri mencetak gol perlu lebih dipertajam.

“Struick itu bagus. Dua gol ke gawang Korsel di Piala Asia U23 lalu menunjukkan kualitasnya. Tapi striker kan dinilai dari gol yang banyak, dan untuk Struick masih terlalu sedikit. Semua striker kita bagus dan sudah dicoba, namun belum ada yang mampu. Untungnya, ketika striker kita belum mampu, ada pemain lain, seperti pemain tengah atau belakang yang bisa cetak gol. Namun untuk ke depan, kita perlu striker yang tajam. Coba bayangkan, tanpa striker tajam saja peringkat kita naik 40 poin. Bagaimana jika kita punya striker yang haus gol? Bukankah peringkat kita akan lebih melesat,” tambah Koci.

Oleh karena itu, menurutnya target yang dicanangkan Indonesia masuk 100 besar FIFA akan tercapai dalam waktu dekat. “Selama masih ada Erick Thohir dan timnas ditangani Shin Tae-yong, maka saya optimistis bisa berada di 70 atau 80 besar. Jika Arab Saudi saja ada di posisi 54 FIFA, maka kita harus yakin bisa pula seperti mereka. Bagi saya peringkat 100 FIFA itu bisa dengan tutup mata saja. Tapi jangan puas dengan posisi 100 FIFA, ke depannya harus lebih naik dan dalam 6 hingga 7 tahun lagi, kita bisa bersaing dengan Arab Saudi,” tuturnya seraya menambahkan catatan bahwa Erick Thohir harus tetap menjadi Ketua Umum PSSI.

Terkait dengan kepemimpinan Indonesia yang beralih dari Presiden Joko Widodo ke Presiden Terpilih, Prabowo Subianto, mantan pelatih timnas futsal ini berharap pemerintah jangan menghentikan dukungan dan perhatian total kepada perkembangan sepakbola nasional yang sudah berada di jalur yang sesuai. Menurut Koci, PSSI di bawah kepemimpinan Erick Thohir sudah berjalan ke arah yang benar mulai dari perbaikan kualitas wasit, penggunaan VAR di kompetisi Liga 1, sepakbola putri diperhatikan, hingga peningkatan level kualitas Timnas Indonesia.

“Untuk kami, orang-orang sepakbola kan kita mau sepakbola maju. Timnas sudah maju, kompetisi Liga membaik dengan VAR, sepakbola wanita juga sudah datangkan pelatih Jepang. Artinya, bagi kami orang sepakbola perkembangannya secara overall nyata sekali. Progres atau kemajuan itu sebuah prestasi. Kini kita juga berharap dan yakin di tangan Presiden Prabowo, sepakbola kita akan makin maju dan terbang makin tinggi,” jelasnya.

TAGS
Share This

COMMENTS